Rabu, 27 Mei 2015

Parenting, Penting tapi bikin Pening...

Bismillah...
Bontang, 28 Mei 2015


Rasanya masih belum pantas kalau saya yang masih hijau dalam mendidik anak bicara soal parenting, yah, anak saya belum berusia 2 tahun saat ini. saya pun masih harus banyak belajar, ini hanyalah sharing pengalaman2 saya dan beberapa cerita teman2 seperjuangan, he3... seperjuangan dalam mendidik anak terutama di masa2 golden age ini...

Sejak masa kehamilan, saya yakin sebagian besar calon ibu telah mencari tahu segala yang berhubungan dengan bayi baru dan anak. mulai dari barang2 apa yang dibutuhkan, cara melahirkan bayi, cara memberikan ASI yang baik, termasuk cara mendidik anak yang baik. Di zaman internet sekarang ini begitu mudahnya kita mencari informasi dalam masalah parenting ini. Dalam situs pencarian terkenal pun, parenting mendapat posisi yang cukup tinggi dalam rating pencarian.

Itu pun terjadi pada saya, sebelum bayi lahir mulai lah saya masuk dalam belantara ilmu parenting di internet. yups, yang ada adalah saya tersesat dalam hutan belantara itu. begitu banyaknya teori parenting yang disuguhkan bukannya membuat saya mengerti justru saya kebingungan dalam menentukan sistem parenting apa yang baiknya saya terapkan pada anak saya nantinya.

Contohnya saja ketika anak tantrum, ada yg menyarankan untuk biarkan saja dulu hingga tenang, ada yg mengatakan pengabaian tersebut adalah bagian dari bullying jadi jika anak menangis keras atau pun tantrum segera peluk ia. akhirnya, yang ada semakin banyak saya mencari dan membaca dari internet justru semakin bingung.


Jika anda pernah mengalaminya maka hentikan mencari ilmu dari sumber yang beragam atau pun tidak jelas sumbernya. jika mencari ilmu maka carilah orang yang tepat dan ahli di bidangnya, jadi saya lebih menyarankan untuk mengikuti seminar parenting. atau, jika anda tinggal di kota kecil seperti saya maka kembalilah pada buku. membaca buku lebih memberikan solusi dari pada mencari artikel2 sepotong yang mungkin ada kutipan atau sumber dari para ahli akan tetapi jumlahnya sedikit ataupun hanya potongan2 informasi. 

Nah, dalam memilih buku pun anda harus tetapkan sebaiknya salah satu jenis parenting yang ingin anda serap ilmunya. dalam hal ini, saya memilih buku2 yang berkaitan dengan parenting Islam dan Parenting ala Nabi. mengapa? karena Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam telah memberikan contoh yang terbaik dalam mendidik anak, dan kita pun telah mengenal anak2 hasil didikan Nabi. Kita lihat bagaimana hasil dari cara parenting dan mendidik ala Rasulullah menjadikan nama besar dengan keluasan ilmu dan kebaikan akhlak seperti Shahabat Anas bin Malik Radhiallahu 'anhu, cucu2 Beliau Hasan dan Husein bin Ali Radhiallahu 'anhu. Ataupun para ibunda dari para ulama yang telah menerapkan sistem pendidikan Nabi untuk anak2nya sehingga anak2nya berhasil menjadi para ulama yang begitu dikenal dengan kealiman dan akhlaknya.


Selain itu, butuh pula kejelian dan kreativitas orang tua dalam menerapkan sistem2 parenting dalam rumahnya. karena saya yakin dalam setiap keluarga memiliki keadaan yang berbeda2. saya tidak ingin menuding cara saya lebih benar dan yang lain salah, karena saya yakin setiap orang tua pasti menginginkan kebaikan untuk anaknya.

Beberapa ibu akhirnya menjadi ribut atau bermusuhan akibat perbedaan cara dalam mendidik anaknya. Saya sedih sekali melihat begitu banyaknya perdebatan dalam media sosial sekarang ini. padahal kalau kita mau mendengarkan pendapat orang lain dalam melakukan sesuatu dan mengkomunikasikannya dengan baik mungkin kita bisa mendapat suatu win win solution. solusi yang baik untuk kita, anak kita, maupun lingkungannya.

Contohnya saja salah seorang ibu yang mengeluhkan anak tetangganya datang main ke rumahnya lalu mengambil pena atau pensil dan mencoret2 di tembok atau lantai rumahnya. si ibu bingung ingin menegur takut ibu si anak tersinggung. padahal ia sendiri sebenarnya telah mengajarkan anaknya untuk mencoret di kertas tidak di tembok, sebenarnya yang ia khawatirkan adalah runtuhnya apa yang telah ia terapkan untuk anaknya bukan masalah dinding atau lantainya menjadi kotor. karena anaknya langsung menyeletuk, 'loh, ma. kok dia boleh coret di tembok?' akhirnya si ibu ini hanya senyum kecut dan bingung karena melihat ibu anak temannya tidak bereaksi.

Atau pun sebaliknya, ketika kita mengajak anak kita bermain di rumah temannya lalu anak kita membuat rumah temannya berantakan dengan mainan atau menumpahkan minuman maka kita sebagai ibu mengatakan untuk membereskan mainan sebelum pulang atau mengajari untuk membersihkan bekas tumpahan dengan lap, lalu ibu pemilik rumah mengatakan 'sudah tidak apa-apa bu, nanti ada yang bersihkan, namanya juga anak2.' padahal bukan hal yang mudah menanamkan kebiasaan anak bertangunggung jawab dalam apa yang ia perbuat. bisa saja si anak bingung karena di rumahnya ia terbiasa membersihkan mainannya sendiri setelah bermain.

Nah, mungkin ibu2 ada yang pernah mengalami hal yang sama seperti yang terjadi dalam ilustrasi di atas? sebaiknya kita komunikasikan dengan baik. saya tidak menyalahkan siapa pun dalam hal ini hanya saja kita mencari win win solution. sebaiknya kita tetap konsisten dengan apa yang telah kita terapkan kepada anak agar ia tidak bingung, tapi caranya adalah dengan komunikasi yang baik. in sya Allah jika kita terbiasa mengkomunikasikan dengan baik dan berulang-ulang bahkan anak usia 1,5 tahun pun akan mengerti.

bicaralah pelan2 pada anak tetangga sambil mengambil kertas yang besar. 'coret2nya di kertas ini ya sayang, ayo, sama2 kita gambar pesawat, mobil atau adek mau gambar apa nanti tante kasih kertas yang besar dan spidol yang berwarna-warni'. atau katakan pada anak kita, 'bereskan mainannya teman ya. kasian loh kalau kamarnya berantakan nanti temannya jadi susah kalau mau bobo atau terinjak mainan nanti temannya jadi kesakitan. kalau anak ummi pintar dan rapih lain kali pasti temannya mau ajak lagi main ke rumahnya.' in sya Allah, kita tetap bisa konsisten dalam sistem pengajaran anak kita dan menghindari terjadinya gesekan atau tersinggungnya ibu si anak teman jika kita menggunakan pendekatan yang halus dan komunikasi yang baik.

Dalam menerapkan pola corat-coret ini pun saya yakin juga beragam. ada yang memperbolehkan mencorat-coret dinding dengan alasan tidak mau menghalangi kreativitas anak. akan tetapi, yang perlu kita garis bawahi disini adalah tidak menghalangi kreativitas anak bukan? tapi, kita juga tidak boleh mengabaikan aspek lainnya, kita juga perlu menanamkan dan mengajarkan anak hal lainnya seperti menjaga hak orang lain, menjaga kebersihan, tau menempatkan sesuatu sesuai dengan tempat dan kapasitasnya. seperti contoh di atas, ketika kita terbiasa membiarkan anak mencorat-coret tembok, maka ia pun akan merasa hal itu diperbolehkan dan ketika dia sedang bermain di rumah temannya maka ia akan dengan mudahnya mencoret tembok, nah, disini kita berhadapan dengan hak orang lain yaitu si pemilik rumah.

Anak mencorat-coret memang merupakan eksplorasi diri dan kreativitasnya, akan tetapi, kita juga tidak mau bukan anak kita menjadi anak yang tidak bisa menghormati hak orang lain dan semaunya sendiri di kemudian hari. Jika kita ingin anak kita berkreasi dan menumpahkan bakat menggambar atau melukisnya, tentu yang kita inginkan adalah anak kita menjadi seorang pelukis yang ia tau media lukis yang baik untuk bakatnya adalah kanvas ataupun kertas sedangkan untuk cara melukis biarlah ia berkreasi, boleh saja naturalis atau pun abstrak. akan tetapi, jika kita membiarkannya mencorat-coret tembok bisa saja justru efeknya adalah dikemudian hari ia justru suka mencorat-coret dinding jalan, meja sekolah, telepon umum, atau pun halte bus karena telah terbiasa semenjak kecil, bukankah kita tidak mau hal ini terjadi?

Maka, jika ingin win win solution dalam hal ini, sediakan kertas besar tempelkan pada dinding atau lantai, bisa juga dengan menggantung setinggi anak sebuah kalender bekas yang ada bagian kosong dibelakangnya, atau pun jika memiliki dana yang cukup bisa dengan papan tulis besar yang digantungkan di dinding, atau dengan mencat hitam sebagian dinding dan menggunakan kapur untuk mencoret, sambil anak dikomunikasikan tempat2 dimana ia bisa melakukan kegiatan mencoret atau menggambarnya. in sya Allah, dengan cara ini banyak hikmah yang bisa diambil, anak tau menempatkan dimana ia sebaiknya menumpahkan keinginan dan kreativitasnya, anak tau cara menjaga kebersihan, anak tau cara menjaga hak-hak orang lain terutama di dalam rumahnya, karena di dalam rumah tidak hanya ada dia, tetapi juga ada ayah, ibu, yang senang jika melihat rumah bersih dan rapi bukan?

Banyak cara yang saya yakin ibu2 bisa lebih kreatif dari apa yang saya tuliskan. intinya adalah konsekuen dan komunikasi yang baik. hal ini adalah cerminan dari cara parenting Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam, yang mengajarkan akhlak yang baik dan istiqamah. Semua yang baik datangnya hanya dari Allah, dan apabila ada kesalahan dalam tulisan ini adalah kesalahan saya.

Wallahu 'alam bishowwab..
^^ Berbagi Ilmu, Menebar Manfaat ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar