Sabtu, 13 Juni 2015

Petunjuk Nabi ﷺ dalam Menyebarkan Berita

Tulisan ini diambil dari majalah As Sunnah th XIX Sya'ban-Ramadhan 1436 H edisi khusus 02-03

Di era globalisasi ini, dunia betul-betul terasa kecil seperti bola. Berita dari ujung dunia dalam hitungan detik dapat disebarkan ke seluruh penjuru, melalui situs internet ataupun jejaring sosial. akan tetapi, tidak semua berita yang disebar tersebut benar dan baik untuk dikonsumsi masyarakat. terkadang berita itu bohong belaka, mengandung unsur fitnah dan hasutan, dan ada pula yang membuat kerdil hati kaum muslimin. Amat disayangkan, ada di antara para pengguna dari kaum muslimin yang mudah mengutip dan menyebarkannya kepada yang lain, tanpa memperhatikan kebenaran dan mudharat sebuah berita. tulisanini akan membahas etika-etika yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam menyebarkan berita berdasar petunjuk Rasulullah ﷺ.

JANGAN MUDAH MENYEBARKAN SETIAP BERITA

Hendaknya seorang Muslim berhati-hati dalam berbicara dan berbuat, jangan mudah menyebarkan setiap berita yang didengar atau yang dibaca, tanpa mengetahui kebenarannya, karena perbuatan tersebut mudharatnya lebih besar dan tercela. Nabi ﷺ menyebut orang yang seperti itu dengan sebutan pendusta dalam hadits:

Cukuplah seseorang itu dikatakan pendusta jika mudah menyebarkan setiap berita yang ia dengar (HR Muslim)- Shahih Muslim no.04

di samping perbuatan tersebut menyebabkan si pelaku mendapat predikat pendusta, hal itu juga merupakan sebuah perbuatan yang dibenci Allah عز و جل , karena masuk dalam penyebaran desas desus. Nabi ﷺbersabda:

Sesungguhnya Allah membenci 3 perkara: menyebarkan desas desus (kabar angin), menghambur-hamburkan harta, dan banyak pertanyaan yg tujuannya menyelisihi jawabannya. (Shahih Al Bukhari no. 1447)





LAKUKAN KLARIFIKASI TERLEBIH DAHULU

Seorang Muslim jika ingin menyebarkan suatu berita, hendaknya ia mengecek kembali kebenarannya sebelum menyebarkannya. Mungkin saja, berita tersebut bersumber dari orang fasik atau pendusta atau musuh Islam atau sekedar dugaan belaka, yang efek negatifnya mungkin bisa merugikan si penyebar berita itu sendiri dan kaum Muslimin.
 

Abu Mas'ud رضي الله عنها pernah ditanya, 'Apa yang pernah engkau dengarkan dari Rasulullah ﷺ tentang prasangka atau dugaan?' ia menjawab, 'Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

Dugaan-dugaan adalah sejelek-jelek sandaran seseorang (HR Abu Dawud) - Sunan Abu Dawud no.4972, Hadits Shahih dalam ash-shahihah no. 866

Allah عز و جل juga berfirman yg artinya:

wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik dengan membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar engkau tidak menimpakan musibah kpd suatu kaum karena kebodohanmu, yang menyebabkanmu menyesal krn perbuatan itu (QS Al Hujurat: 6)


PIKIRKANLAH SISI POSITIF DAN NEGATIFNYA


 lihatlah ketika Rasulullah ﷺ menyampaikan kabar kepada Mu'adz bin Jabal رضي الله عنها tentang hak Allah عز و جل atas hambaNya dan hak hamba atas Allah عز و جل. kemudian Beliau ﷺ menyebutkan bahwa hak Allah عز و جل atas hambaNya adalah hendaknya mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, dan hak hamba atas Allah عز و جل adalah tidak menyiksa hamba yang bertauhid dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun, kemudian ketika Mu'adz رضي الله عنها meminta ijin kpd Beliau ﷺ untuk mengabarkan hal itu kepada yang lainnya. akan tetapi, Rasulullah ﷺ melarangnya dengan bersabda:

jangan kamu beritakan hadits ini kepada mereka (dikhawatirkan mereka salah paham), sehingga merasa cukup dengan tauhid dalam hati dan meninggalkan amal shaleh (Shahih bukhari no.2856, shahih Muslim no.49)

Disini Beliau ﷺ memikirkan mudharat dan fitnah yang akan terjadi jika umatnya yang waktu  itu belum siap mendengarkan hadits tersebut lalu mendengarnya, karena tidak semua orang memiliki pemahaman seperti Mu'adz رضي الله عنها , dan tidak semua orang dapat memahami hadits tersebut dengan pemahaman positif. akhirnya Beliau ﷺ melarang menyampaikan hadits tersebut kepada yang lainnya.
tindakan tersebut adalah tindakan yang arif dan bijaksana, tidak seperti tindakan sebagian orang yang mudah menyebarkan perkataan seseorang tanpa melihat sisi mudharatnya, sehingga menimbulkan fitnah yang tidak karuan akibatnya. 
Hasbunallahu wani'mal wakil





BERSIKAPLAH TENANG, JANGAN TERBURU-BURU

Ketika mendapat suatu berita, janganlah terburu2 menyebarkannya. marilah kita bersikap bijak dan tenang. karena sesungguhnya sikap tenang itu terpuji. Nabi ﷺ pernah bersabda:
Sikap tenang itu adalah dari Allah sedangkan sikap tergesa2 adalah dari syeitan(hadits hasan, ash shahihah no. 1795)

Dalam hal ini Rasulullah ﷺ telah memberikan contoh kepada umat. saat itu, Beliau ﷺ hendak menyerang orang2 kafir Quraisy di Makkah. Akan tetapi, berita ini dibocorkan oleh Hathib bin Abi Balta'ah رضي الله عنها secara sembunyi2 melalui surat yg ia tulis. singkat cerita ketika Nabi ﷺ mendapat surat tsb. lalu Beliau ﷺ memanggilnya dan bertanya kpdnya, 'kenapa engkau lakukan ini Wahai Hathib?' disini Nabi ﷺ tidak tergesa2 menghukumnya akan tetapi Beliau ﷺ menanyakan terlebih dahulu sebab yg melatarbelakangi perbuatannya itu. kemudia Hathib menjawab, 'Wahai Rasulullah ﷺ, meskipun aku dekat dg mereka namun aku bukan bagian dari mereka. aku melakukan ini bukan krn benci atau keluar dr Islam akan tetapi aku meninggalkan kerabatku di Makkah. aku tidak ingin jk mereka disakiti kaum Quraisy. aku melakukan ini agar kerabat2ku selamat dr gangguan mereka.' dan Rasulullah ﷺ memakluminya. 
Semoga Allah عز و جل senantiasa memberikan taufiq, hidayah dan inayahNya kepada kita semua, sehingga bisa mengamalkan petunjuk2 NabiNya yang mulia.

ditulis oleh: Ustadz Nur Kholis bin Kurdian Lc

^^ Berbagi Ilmu, Menebar Manfaat ^^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar